temaaann,,, kita ketemu lagi dalam materi ketiga yang akan aku bahas.. Dan materi kali ini bisa dibilang materi yang sangat menarik loch.. Kenapa? Karena kali ini aku akan membahas mengenai semiotik..
Semiotik.. Secara etimologis,, istilah semiotika berasal dari bahasa Yunani "Semeion" dan Inggris "Sign" yang berarti tanda atau "Seme (Yunani)" yang berarti penafsir tanda.. Karena semiotik berarti tanda,, maka yang menjadi pokok perhatiannya tentu saja adalah tanda sehingga tanda dianggap sebagai sesuatu yang memiliki ciri khusus yang penting,, yaitu:
1. Harus dapat diamati --> dalam arti tanda itu dapat ditangkap
2. Menunjuk pada sesuatu yang lain --> artinya bisa menggantikan, mewakili dan
menyajikan
Oleh karena itu,, semiotik berarti ilmu yang mempelajari sistem tanda seperti: bahasa, kode, sinyal dan sebagainya..
Tapi, secara umum semiotik biasanya didefinisikan sebagai teori filsafat umum yang berkenaan dengan produksi tanda - tanda dan simbol - simbol sebagai bagian dari sistem kode yang digunakan untuk mengkomunikasikan informasi.. Oleh karena itu,, semiotik meliputi tanda - tanda visual dan verbal serta tactile dan olfactory (semua tanda atau sinyal yang bisa diakses dan bisa diterima oleh seluruh indra yang kita miliki) ketika tanda - tanda tersebut membentuk sistem kode yang secara sistematis menyampaikan informasi atau pesan secara tertulis di setiap kegiatan dan perilaku manusia..
Plato dianggap sebagai perintis awal bidang ilmu tanda karena ia memeriksa asal muasal bahasa dalam Cratylus..
Sedangkan Aristoteles mencermati bahasa atau kata benda dalam bukunya Poetics dan On Interpretation..
Terdapat perbedaan mendasar antara tanda alamiah (natural) dengan tanda yang disepakati (konvensional).. Tanda ilmiah adalah tanda yang terjadi dengan sendirinya yang sudah langsung dapat kita mengerti dengan sendirinya.. Contohnya: awan mendung.. Saat kita melihat awan mendung,, kita pasti akan langsung menandakan awan tersebut sebagai simbol yang sebentar lagi akan hujan.. Sedangkan tanda yang disepakati ialah tanda yang makna atau artinya kita sepakati bersama.. Contohnya: saat kita bertemu dengan teman kita d sebuah mall dan dalam jarak yang lumayan jauh dan refleks kita mengangkat tangan kita,, maka teman kita akan mengikuti kita,, mengangkat tangannya karena ia menganggapnya sebagai sebuah sapaan..
Lalu yang ketiga ada St. Agustinus.. Ia mengembangkan teori mengenai signa data (tanda konvensional).. Persoalan tanda menjadi objek pemikiran filosofis.. Sehingga studi dibatasi mengenai hubungan kata fisik berhubungan dengan kata mental (konstruksi).. Contoh kata fisik ialah tubuh, tangan dan lain-lain.. Sedangkan kata mental ialah kata – kata cinta dan lain – lain..
William of Ockham, OFM mempertajam studi tanda menjadi 3 bagian,, yaitu tanda yang dikategorikan berdasarkan sifatnya,, apakah tanda di alam mental dan yang terakhir apakah diucapkan / ditulis untuk public (bersifat pribadi)..
John Locke melihat eksplorasi tentang tanda yang mengarah pada terbentuknya basis logika baru.. Hal ini tertuang dalam karyanya ”An Essay Concerning Human Understanding” (1960).. Ia dikenal dengan teorinya mengenai tabula rasa,, yang mana artinya adalah sebuah kertas kosong.. Ia menggambarkan bahwa setiap anak kecil seperti kertas kosong yang belum terisi atau ditulis dan harus ditulis atau diisi oleh orang – orang dewasa..
Tapi meskipun sudah banyak yang setuju dengan teori John Locke tersebut,, masih ada saja beberapa orang yang tidak menyetujuinya.. Salah satunya adalah Socrates.. Ia menentang teori ini karena ia mengatakan bahwa setiap manusia mengandung benih kebenaran masing – masing (teori dialektika).. Oleh karena itu,, apabila kita menginginkan jawaban yang benar,, maka pertanyaan yang diberikanpun harus dengan pertanyaan yang benar.. Sehingga dapat disimpulkan bahwa pada teori John Locke,, pengetahuan bersifat transfer dan pada Socrates,, pengetahuan bersifat menggali..
Awal mulanya konsep semiotik diperkenalkan oleh Ferdinand de Saussure (berasal dari Swiss dan mengajar sansekerta serta linguistik bahasa) melalui dikotomi sistem tanda, yaitu: signified dan signifier atau signifie dan significant yang bersifat atomistis.. Konsep ini melihat bahwa makna muncul ketika ada hubungan yang bersifat asosiasi atau in absentia antara "yang ditandai" (signified) dan "yang menandai" (signifier).. Pendekatan Saussure tentang bahasa berbeda dari pendekatan Filolog abad ke-19 karena ia mengkaji linguistik secara sinkronik (horizontal) dan bukannya diakronik (diagonal).. Catatannya diterbitkan oleh muridnya dalam buku ”Cours de Liguisyique Generale”..
Karena tanda adalah kesatuan dari suatu bentuk penanda (signifier) dengan sebuah ide atau petanda (signified),, maka penanda adalah “bunyi yang bermakna” atau “coretan yang bermakna”.. Jadi, penanda adalah aspek material dari bahasa yaitu apa yang dikatakan atau didengar dan apa yang ditulis atau dibaca,, sedangkan petanda adalah gambaran mental, pikiran, atau konsep.. Oleh karena itu,, petanda adalah aspek mental dari bahasa (Bertens, 2001:180).
Suatu penanda tanpa petanda tidak berarti apa-apa sehingga itu bukan merupakan tanda.. Begitu juga sebaliknya,, suatu petanda tidak mungkin disampaikan atau ditangkap lepas dari penanda; petanda atau yang dtandakan itu termasuk tanda sendiri dan dengan demikian merupakan suatu faktor linguistik. “Penanda dan petanda merupakan kesatuan seperti dua sisi dari sehelai kertas (entitas dua sisi (dyad)),” kata Saussure.
Tanda liguistik (antara penanda dan petanda) bersifat arbitrer (suka – suka).. Contohnya: kata anjing tidak harus dibangkitkan oleh penanda dalam bentuk bunyi a/n/j/i/n/g,, karena bagi orang Amerika pengertian anjing di peroleh melalui kata ”dog”.. Lalu, terhubungnya sebuah penanda dan petanda hanya dapat dimungkinkan oleh bekerjanya sistem relasi atas kesepakatan (konvensi).. Tanda dapat bekerja karena ada difference, artinya dia dapat dibedakan dengan tanda – tanda lainnya.. Sedangkan enomena bahasa dibentuk oleh dua faktor; parole – ekspresi kebahasaan dan langue – sistem pembedaan di antara tanda – tanda, yaitu struktur konsepsi dasar tentang langue berkaitan dengan kombinasi dan substitusi elemen – elemen bahasa (hubungan paradigmatik - sintagmatik)..
Louis Hjelmslev,, seorang penganut Saussurean berpandangan bahwa sebuah tanda tidak hanya mengandung hubungan internal antara aspek material (penanda) dan konsep mental (petanda),, namun juga mengandung hubungan antara dirinya dan sebuah sistem yang lebih luas di luar dirinya. Bagi Hjelmslev, sebuah tanda lebih merupakan self-reflective dalam artian bahwa sebuah penanda dan sebuah petanda masing-masing harus secara berturut-turut menjadi kemampuan dari ekspresi dan persepsi.. Louis Hjelmslev dikenal dengan teori metasemiotik (scientific semiotics)..
Charles Sanders Peirce,, seorang filsuf berkebangsaan Amerika yang mengembangkan filsafat pragmatisme melalui kajian semiotik.. Ia mengembangkan teori tanda yang dibentuk oleh 3 sisi, yaitu: representamen (tanda), objek (sesuatu yang dirujuk oleh tanda) dan interpretant (efek yang ditimbulkan atau hasil) yang dibagi menjadi 3 bagian juga,, yaitu:
1. immediate interpretant (makna pertama)
2. dynamic interpretant (makna dinamis)
3. final interpretant (makna akhir)
Pierce memperkenalkan sifat dinamisme internal dalam tanda.. Interpretant yang tersamar memungkinkan ia menjelma menjadi tanda baru (rantai semiosis).. Contoh: saat jari kita menunjuk ke bulan.. Orang yang bodoh akan melihat jari kita.. Tapi,, bagi orang pintar mereka akan melihat ke arah bulannya karena ia mengerti makna yang disampaikan..
Fenomena Tanda
1. Firstness (perasaan murni) --> Representamen
2. Secondness (fakta yang muncul dari relasi) --> Objek
3. Thirdness (aturan/ wilayah hukum) --> Interprentant
contoh : Schubert memainkan komposisi
Level Tanda
Tanda yang dikaitkan dengan ground / representamen,, dibagi menjadi:
1. Qualisign adalah kualitas yang ada pada tanda (mis. warna hijau)
2. Sinsign adalah eksistensi aktual benda atau peristiwa / realitas fisik yang nyata. (mis. rambu lalu lintas)
3. Legisign adalah norma / hukum yang dikandung oleh tanda (mis. suara pluit wasit)
Kalau ada Level Tanda,, maka pastinya ada Level Objek.. Level Objek terbagi atas:
» Ikon adalah tanda yang hubungan antara penanda dan petandanya bersifat bersamaan bentuk alamiah. Dengan kata lain, ikon adalah hubungan antara tanda dan objek atau acuan yang bersifat kemiripan.. Misalnya: foto --> menciptakan tren..
» Indeks adalah tanda yang menunjukkan adanya hubungan alamiah antara tanda dan petanda yang bersifat kausal atau hubungan sebab akibat, atau tanda yang langsung mengacu pada kenyataan.. Misalnya: asap sebagai tanda adanya api --> logika supaya produk laku..
» Simbol adalah tanda yang menunjukkan hubungan alamiah antara penanda dengan petandanya. Hubungan di antaranya bersifat arbitrer, hubungan berdasarkan konvensi masyarakat.. Misalnya: kata, bendera --> bendera negara --> nasionalis..
Level Interpretant
ª Rheme adalah tanda yang memungkinkan orang menafsirkan berdasarkan pilihan.. Tanda tampak bagi interpretant sebagai sebuah kemungkinan.. Misalnya: konsep
ª Dicent sign atau dicisign adalah tanda sesuai dengan kenyataan.. Tanda bagi interpretant sebagai sebuah fakta.. Misalnya: pernyataan deskriptif..
ª Argument adalah yang langsung memberikan alasan tentang sesuatu.. Tanda bagi interpretant sebagai sebuah nalar.. Misalnya : preposisi..
Peirce membedakan tiga konsep dasar semiotik, yaitu:
¨ Sintaksis mempelajari hubungan antartanda.. Hubungan ini tidak terbatas pada sistem yang sama.. Contoh: teks dan gambar dalam wacana iklan merupakan dua sistem tanda yang berlainan, akan tetapi keduanya saling bekerja sama dalam membentuk keutuhan wacana iklan..
¨ Semantik mempelajari hubungan antara tanda, objek, dan interpretannya.. Ketiganya membentuk hubungan dalam melakukan proses semiotis.. Konsep semiotik ini akan digunakan untuk melihat hubungan tanda-tanda dalam iklan (dalam hal ini tanda non-bahasa) yang mendukung keutuhan wacana..
¨ Pragmatik mempelajari hubungan antara tanda, pemakai tanda, dan pemakaian tanda..
Sama halnya dengan Hjelmslev, Roland Barthes pun merupakan pengikut Saussurean yang berpandangan bahwa sebuah sistem tanda yang mencerminkan asumsi-asumsi dari suatu masyarakat tertentu dalam waktu tertentu. Semiotik, atau dalam istilah Barthes semiologi, pada dasarnya hendak mempelajari bagaimana kemanusiaan (humanity) memaknai hal-hal (things). Memaknai (to sinify) dalam hal ini tidak dapat dicampuradukkan dengan mengkomunikasikan (to communicate). Memaknai berarti bahwa objek-objek tidak hanya membawa informasi, dalam hal mana objek-objek itu hendak dikomunikasikan, tetapi juga mengkonstitusi sistem terstruktur dari tanda.. Salah satu wilayah penting yang dirambah Barthes dalam studinya tentang tanda adalah peran pembaca (the reader)..
Tulisan – tulisan pada majalah Prancis “Les Letters Nouvelles”, membahas ‘mitologi’ bulan ini sehingga menunjukkan bagaimana aspek denotatif tanda – tanda dalam budaya pop yang menyingkap konotatif (mitos – mitos) yang dibangkitkan oleh sistem tanda yang lebih luas yang membentuk masyarakat.. Mitos – mitos yang menyelimuti hidup kita bekerja sedemikian halus, justru karena mereka terkesan benar – benar alami,, maka dibutuhkan sebuah analisis mendalam, seperti yang dilakukan oleh semiotika..
Barthes mengulas apa yang sering disebutnya sebagai sistem pemaknaan tataran ke-dua,, yang dibangun di atas sistem lain yang telah ada sebelumnya.. Sistem ke-dua ini oleh Barthes disebut dengan konotatif,, berbeda dari denotative atau sistem pemaknaan tataran pertama. Karena denotasi lebih diasosiasikan dengan ketertutupan makna.. Sedangkan konotasi identik dengan operasi ideologi, yang disebutnya sebagai ‘mitos’ dan berfungsi untuk mengungkapkan dan memberikan pembenaran bagi nilai-nilai dominan yang berlaku dalam suatu periode tertentu..
“The Rhetoric of the Image” (1964)
1. Pesan Liguistik --> semua kata dan kalimat dalam iklan..
2. Pesan ikonik yang terkodekan --> konotasi yang muncul dalam foto iklan (yang hanya berfungsi jika dikaitkan dengan sistem tanda yang lebih luas dalam masyarakat)..
3. Pesan ikonik tak terkodekan --> denotasi dalam foto iklan..
Umberto Eco.. Seorang sejarahwan, penulis esai, novelis dan semiotisi dari Italia.. Ia mengatakan bahwa ”tanda dapat digunakan untuk menyatakan kebenaran,, sekaligus juga untuk mengatakan kebohongan”.. Oleh karena itu,, pada prinsipnya semiotika merupakan disiplin untuk mempelajari segala sesuatu yang bisa digunakan untuk berbohong.. Jika sesuatu gagal digunakan untuk menceritakan kebohongan, sebaliknya ia gagal digunakan untuk menceritakan kebenaran.. Bahkan mustahil juga ia bisa digunakan untuk bercerita apa pun..
Naa,, sekian pembahasan darikuu.. Bagaimana teman – teman?? Seru kan bisa mempelajari semiotik?? Begitu juga dengan diriku.. Saat aku mendapatkan pelajaran ini untuk pertama kalinya,, aku sangat senang.. Karena mungkin pada dasarnya aku menyukai semiotik.. Oleh karena itu,, aku berharap mudah – mudahan aku akan bisa mendapat pelajaran ini lagii.. Dan udah dech.. Sekian sampai disini dulu aja yang mau aku bahas.. Thanx banget yaa bagi yang udah baca.. Semoga harimu menyenangkan..
Daftar pustaka:
Pak Kurnia Setiawan
http://definisi-pengertian.blogspot.com/2010/11/pengertian-semiotik.html
http://id.wikipedia.org/wiki/Semiotika
http://kapita-fikom-915070037.blogspot.com/2010/10/semiotik.html
http://kapita-fikom-915080050.blogspot.com/2010/09/bahasa-indonesia.html
google
http://kapita-fikom-915070037.blogspot.com/2010/10/semiotik.html
http://kapita-fikom-915080050.blogspot.com/2010/09/bahasa-indonesia.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar