Ketemu lagi kita teman... Kali ini kita ketemu dalam postinganku yang ke7 yang berjudul Psikologi Komunikasi Massa.. Dalam postingan ini,, tentu saja aku akan membahas mengenai psikologi atau perilaku yang ada di komunikasi massa.. Jadi kita langsung lanjut aja yaa..
Dalam proses perkembangan kebudayaan manusia, komunikasi massa menjadi proses dan bidang ilmu komunikasi yang mempunyai tingkat pengaruh yang cukup penting pada kehidupan manusia sehari - hari. Dapat dikatakan bahwa dalam perkembangan manusia, komunikasi massa memainkan peranan penting bagi perubahan dan dinamika sosial manusia..
Ada tiga dimensi efek komunikasi massa, yaitu: kognitif, afektif, dan konatif.. Efek kognitif meliputi peningkatan kesadaran, belajar, dan tambahan pengetahuan. Efek afektif berhubungan dengan emosi, perasaan, dan attitude (sikap).. Sedangkan efek konatif berhubungan dengan perilaku dan niat untuk melakukan sesuatu menurut cara tertentu..
Efek Kognitif
adalah akibat yang timbul pada diri komunikan yang sifatnya informative bagi dirinya. Melalui media massa, kita memperoleh informasi tentang benda, orang atau tempat yang belum pernah kita kunjungi secara langsung.
Efek Afektif
Efek ini kadarnya lebih tinggi daripada Efek Kognitif. Tujuan dari komunikasi massa bukan hanya sekedar memberitahu kepada khalayak agar menjadi tahu tentang sesuatu, tetapi lebih dari itu, setelah mengetahui informasi yang diterimanya, khalayak diharapkan dapat merasakannya.. Sebagai contoh, setelah kita mendengar atau membaca informasi artis kawakan Roy Marten dipenjara karena kasus penyalah-gunaan narkoba, maka dalam diri kita akan muncul perasaan jengkel, iba, kasihan, atau bisa jadi, senang.. Perasaan sebel, jengkel atau marah dapat diartikan sebagai perasaan kesal terhadap perbuatan Roy Marten.. Sedangkan perasaan senang adalah perasaan lega dari para pembenci artis dan kehidupan hura-hura yang senang atas tertangkapnya para public figure yang cenderung hidup hura-hura.. Adapun rasa iba atau kasihan dapat juga diartikan sebagai keheranan khalayak mengapa dia melakukan perbuatan tersebut..
Berikut ini faktor-faktor yang memengaruhi terjadinya efek afektif dari komunikasi massa...
- Suasana emosional
Dari contoh-contoh di atas dapat disimpulkan bahwa respons kita terhadap sebuah film, iklan, ataupun sebuah informasi, akan dipengaruhi oleh suasana emosional kita.. Film sedih akan sangat mengharukan apabila kita menontonnya dalam keadaan sedang mengalami kekecewaan.. Adegan-adegan lucu akan menyebabkan kita tertawa terbahak-bahak bila kita menontonnya setelah mendapat keuntungan yang tidak disangka-sangka..
Skema kognitif
Skema kognitif merupakan naskah yang ada dalam pikiran kita yang menjelaskan tentang alur peristiwa.. Kita tahu bahwa dalam sebuah film action, yang mempunyai lakon atau aktor/aktris yang sering muncul, pada akhirnya akan menang.. Oleh karena itu kita tidak terlalu cemas ketika sang pahlawan jatuh dari jurang.. Kita menduga, dia pasti akan tertolong juga..
2. Situasi terpaan (setting of exposure)
Kita akan sangat ketakutan menonton film Suster Ngesot, misalnya, atau film horror lainnya, bila kita menontonnya sendirian di rumah tua, ketika hujan lebat, dan tiang-tiang rumah berderik.. Beberpa penelitian menunjukkan bahwa anak-anak lebih ketakutan menonton televisi dalam keadaan sendirian atau di tempat gelap.. Begitu pula reaksi orang lain pada saat menonton akan mempengaruhi emosi kita pada waktu memberikan respons..
Faktor predisposisi individual
Faktor ini menunjukkan sejauh mana orang merasa terlibat dengan tokoh yang ditampilkan dalam media massa.. Dengan identifikasi penonton, pembaca, atau pendengar, menempatkan dirinya dalam posisi tokoh.. Ia merasakan apa yang dirasakan tokoh. Karena itu, ketika tokoh identifikasi (disebut identifikan) itu kalah, ia juga kecewa; tapi ketika identifikan berhasil, ia gembira..
Efek Konatif
Efek behavioral merupakan akibat yang timbul pada diri khalayak dalam bentuk perilaku, tindakan atau kegiatan.. Adegan kekerasan dalam televisi atau film akan menyebabkan orang menjadi beringas.. Program acara memasak bersama Rudi Khaeruddin, misalnya, akan menyebabkan para ibu rumah tangga mengikuti resep-resep baru.. Bahkan, kita pernah mendengar kabar seorang anak sekolah dasar yang mencontoh adegan gulat dari acara SmackDown yang mengakibatkan satu orang tewas akibat adegan gulat tersebut. Namun, dari semua informasi dari berbagai media tersebut tidak mempunyai efek yang sama..
Mengapa terjadi efek yang berbeda? Belajar dari media massa memang tidak bergantung hanya ada unsur stimuli dalam media massa saja. Kita memerlukan teori psikologi yang menjelaskan peristiwa belajar semacam ini. Teori psikolog yang dapat mnejelaskan efek prososial adalah teori belajar sosial dari Bandura. Menurutnya, kita belajar bukan saja dari pengelaman langsung, tetapi dari peniruan atau peneladanan (modeling). Perilaku merupakan hasil faktor-faktor kognitif dan lingkungan. Artinya, kita mampu memiliki keterampila tertentu, bila terdapat jalinan positif antara stimuli yang kita amati dan karakteristik diri kita.
Bandura menjelaskan proses belajar sosial dalam empat tahapan proses:
1. proses perhatian
Permulaan proses belajar ialah munculnya peristiwa yang dapat diamati secara langsung atau tidak
langsung oleh seseorang.. Peristiwa ini dapat berupa tindakan tertentu (misalnya menolong orang
tenggelam) atau gambaran pola pemikiran, yang disebut Bandura sebagai “abstract modeling” (misalnya
sikap, nilai, atau persepsi realitas sosial).. Kita mengamati peristiwa tersebut dari orang-orang sekitar
kita.. Bila peristiwa itu sudah diamati, terjadilah tahap pertama belajar sosial: perhatian.. Kita baru
mempelajari sesuatu bila kita memperhatikannya.. Setiap saat kita dapat menyaksikan berbagai
peristiwa yang dapat kita teladani, namun tidak semua peristiwa itu kita perhatikan.
2. proses pengingatan (retention)
Perhatian saja tidak cukup menghasilkan efek prososial.. Khalayak harus sanggup menyimpan hasil
pengamatannya dalam benak - benaknya dan memanggilnya kembali ketika mereka akan bertindak
sesuai dengan teladan yang diberikan.. Untuk mengingat, peristiwa yang diamati harus direkam dalam
bentuk imaginal dan verbal.. Yang pertama disebut visual imagination, yaitu gambaran mental
tentang peristiwa yang kita amati dan menyimpan gambaran itu pada memori kita.. Yang kedua
menunjukkan representasi dalam bentuk bahasa. Menurut Bandura, agar peristiwa itu dapat diteladani,
kita bukan saja harus merekamnya dalam memori, tetapi juga harus membayangkan secara mental
bagaimana kita dapat menjalankan tindakan yang kita teladani.. Memvisualisasikan diri kita sedang
melakukan sesuatu disebut seabagi “rehearsal”..
3. proses reproduksi motoris
Proses reroduksi artinya menghasilkan kembali perilaku atau tindakan yang kita amati.. Tetapi apakah
kita betul-betul melaksanakan perilaku teladan itu bergantung pada motivasi? Motivasi bergantung ada
peneguhan.. Ada tiga macam peneguhan yang mendorong kita bertindak: peneguhan eksternal,
peneguhan gantian (vicarious reinforcement), dan peneguhan diri (self reinforcement). Pelajaran
bahasa Indonesia yang baik dan benar telah kita simpan dalam memori kita.. Kita bermaksud
mempraktekkannya dalam percakapan dengan kawan kita.. Kita akan melakukan hanya apabila kita
mengetahui orang lain tidak akan mencemoohkan kita atau bila kita yakin orang lain akan menghargai
tindakan kita.. Ini yang disebut peneguhan eksternal.. Jadi, kampanye bahasa Indonesia dalam TVRI
dan surat kabar berhasil, bila ada iklim yang mendorong penggunaan bahasa Indoensia yang baik dan
benar..
4. proses motivasional
Kita juga akan terdorong melakukan perilaku baik bila kita melihat orang lain yang berbuat sama
mendapat ganjaran karena perbuatannya.. Secara teoritis, agak sukar orang meniru bahasa Indonesia
yang benar bila pejabat-pejabat yang memiliki reputasi tinggi justru berbahasa Indonesia yang salah..
Kita memerlukan peneguhan gantian.. Walaupun kita tidak mendapat ganjaran (pujian, penghargaan,
status, dan sebagainya), tetapi melihat orang lain mendapat ganjaran karena perbuatan yang ingin kita
teladani membantu terjadinya reproduksi motor..
Akhirnya tindakan teladan akan kita lakukan bila diri kita sendiri mendorong tindakan itu.. Dorongan
dari diri sendiri itu mungkin timbul dari perasaan puas, senang, atau dipenuhinya citra diri yang ideal..
Kita akan mengikuti anjuran berbahasa Indonesia yang benar bila kita yakin bahwa dengan cara itu
Kita akan mengikuti anjuran berbahasa Indonesia yang benar bila kita yakin bahwa dengan cara itu
kita memberikan kontribusi bagi kelestarian bahasa Indonesia..
Dari banyaknya penjelasan diatas,, maka kita dapat menyimpulkan bahwa psikologi massa ialah suatu proses mental dan perilaku kolektif yang ditujukan untuk perubahan sosial.. Dan dalam kasus ini,, tokoh utamanya ialah orang yang bertindak sebagai inisiator dan bukan aktor tunggal yang bekerja sendiri dalam gerakan sosial tersebut..
Komunikasi massa pada dasarnya dibagi menjadi 2 bagian,, yaitu komunikasi massa positif seperti contohnya pidato dan komunikasi massa negatif seperti contohnya demonstrasi.. Oleh karena itu,, psikologi komunikasi massa yang dihasilkanpun berbeda - beda tergantung motifnya.. positif atau negatif.. Sehingga yang saya tangkap dari kuliah ini ialah psikologi komunikasi massa sangat berpengaruh terhadap keseharian kita.. Terutama mereka yang bergabung dalam suatu komunitas..
Sekian teman postinganku yang ketujuh ini.. semoga bermanfaat bagi kalian yaa.. jangan lupa kembali lagi saat postingan ke 8 nanti yaa..
sumber:
http://komunikasi-samsul-huda.blogspot.com/2009/04/psikologi-komunikasi-massa.html
http://kommabogor.wordpress.com/2007/12/31/efek-komunikasi-massa-kognitif-afektif-behavioral/
http://kapita-fikom-915080061.blogspot.com/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar